Jumat, 04 Juli 2014

Bermetamorfosis

Bismillahirromanirrohim

"Ahh.... tak usah kamu menasehati saya"
"Jangan sok alim ya kamu sekarang !!"
"Saya tahu bagaimana kamu dulu,  bisa-bisanya kamu menasehati saya sekarang !!"

Pernahkan anda mendengar percakapan seperti ini? 
Beberapa minggu yang lalu, saya mendengar cerita dari suami, bahwa ada pertengkaran kecil yang terjadi diantara jamaah mesjid, ditempat suami saya biasa melakukan shalat, terucaplah kata-kata  demikian dalam pertengkaran kecil itu 

Saya berpikir, adakah seseorang dalam perjalanan hidupnya tidak miliki catatan gelap dalam buku hidupnya ??
Mengapa dengan mudahnya orang membuka kembali catatan gelap itu ?
Sementara, Allah dengan kasih sayang-Nya menutupi aib semua hamba-Nya.

Apakah dalam sejarah hidup, seseorang harus jadi "pahlawan" ?
Bila sesorang dalam perjalanan hidupnya itu melakukan kesalahan dan memiliki catatan buruk haruskah masyarakat menghukum dia seumur hidupnya?. 
Sementara Allah, Tuhan pencipta semua makhluk memberikan ampunan-Nya kepada hamba-Nya yang bertobat. Lalu mana yang lebih buruk dia atau kita yang membuka kembali catatan gelap itu ?
Apa kita sudah cukup bersih menjadi hamba Allah? 

Kita lihat bagaimana janji Allah yang Maha Pengasih, Maha Pengampun kepada hamba-Nya yang bertaubat dan memperbaiki diri di dalam firman-Nya (Al-Quran), dan banyak sekali kita menemukan ayat-ayat yang menjelaskan Allah Maha Pengampun, diantaranya pada surah An-Nahl (16) ayat 119; 




tsumma inna rabbaka lilladziina 'amiluu alssuu-a bijahaalatin tsumma taabuu min ba'di dzaalika wa-ashlahuu inna rabbaka min ba'dihaalaghafuurun rahiimun 
119. Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dalam setiap Firman-Nya dijelaskan bahwa Allah mengampuni hamba-Nya yang bertaubat, karena Allah tahu bahwa manusia itu tempatnya salah. Dalam menjalani hidupnya manusia tak luput dari berbuat salah. Namun Allah memberi kita kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri.

Di perjalanan hidup, manusia mengalami metamorfosis untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Untuk bermetamorfosisi bukanlah sesuatu yang mudah, kita memerlukan kesungguhan, kesabaran dan sangat memerlukan dukungan orang-orang disekitar kita.

Meninggalkan masa lalu, meninggalkan kebiasaan-kebiasan yang dulu adalah perjuangan berat, karena setan dan iblis yang menjadi musuh manusia tak henti-hentinya menjerumuskan manusia kedalam lembah dosa.

Saya sangat haru melihat orang mampu bermetamorfosis menjadi hamba Allah yang lebih bertaqwa, karena saya menyadari sekali itu adalah sesuatu yang terberat di lakukan, perjuangan terbesar yang dilakukan oleh seseorang. Hanya tangan Allah yang mampu menguatkannya untuk melakukan perubahan diri, menata diri menjadi lebih baik. Sungguh beruntung orang yang telah bermetamorfosis , yang mampu memperbaiki diri menjadi lebih baik, sehingga kecintaan dan ampunan Allah di raihnya.

Sebagai hamba Allah, saya juga tak luput dari kesalahan-kesalahan, dosa-dosa. Oleh karena itu setiap saat saya berjuang untuk berbenah diri, menata hati. Terkadang disaat bangkit, kembali lagi tergelincir pada lembah kesalahan, dan dosapun tak dapat dielakkan, oleh karena itu disaat bermetamorfosis, saya selalu sertai permohon pada Allah agar diberi ke kuatan untuk melawan kelemahan diri sendiri, diberi kemampuan untuk bersungguh-sungguh, bersabar menjalani proses perubahan itu. 

Alhamdulillah, kita di pertemukan kembali dengan bulan suci Ramadan. Suasana di bulan suci Ramadan yang sangat syahdu ini , sangatlah membantu sekali untuk  bermetaformosis, memperbaiki diri, meningkatkan ketaqwaan, menata hati dengan meningkatkan rasa syukur pada-Nya, meningkatkan empati pada sesama, semoga perubahan diri mendatangkan Ampunan-Nya, meraih Rahmat-Nya, dan harapan menjadi penghuni surga-Nya kelak.

Inilah satu diantara rahasia "puasa" yang diperintahkan Allah kepada hamba-Nya. Puasa yang dilakukan tidak hanya puasa menahan lapar dan haus, tapi puasa mata, puasa telinga, puasa lisan. Rahasia perintah itu, tak lain adalah membantu manusia untuk terus memperbaiki diri, meningkatkan keimanan, ketaqwaan, karena Allah tahu apa yang dibutuhkan manusia. Puasa dibutuhkan manusia untuk bermetamorfosis, memperbaiki diri.

Saya sangat terinspirasi kata-kata bijak berikut ini ; 

Tuhan MEMPROSES hidup seseorang,
Bagaikan…, seorang penambang emas di sungai, MEMPROSES endapan “lumpur hitam”, yang diambil dari dasar sungai, “dipilih” dan “dilebur” jadi LOGAM MULIA…

Banyak yang diambil…
Tapi sedikit yang terpilih…

Yang TERPILIH,
Dicuci dengan KESABARAN dan KETABAHAN… hingga nampak mulai berkilau, keadaannya jadi jauh LEBIH BAIK dari sebelumnya…

Tapi…
Yang TIDAK TERPILIH,
Pasti akan TERJATUH kembali ke dalam sungai, LENYAP tak berbekas dalam “kebinasaan”…

Selanjutnya…
YANG TERPILIH,
Harus masuk dalam PROSES PEMURNIAN…,
Kuali panas siap melelehkannya…

Siapa yang MENYERAH,
Dan tak dapat bertahan…,
PASTI akan hancur oleh panasnya kuali pemurnian…!

Tapi…
Siapa yang BERTAHAN…,
Dialah yang teruji…!
JADILAH EMAS MURNI YANG TERBAIK…!!!

Semoga saya dan kita semua mampu bersabar melewati proses yang harus dilewati untuk menjadi hamba Allah yang bertaqwa demi meraih surga-Nya kelak. 






2 komentar:

  1. Kuncinya adalah saling nasehat menasehati dalam kebaikan. Kalau dalam pengertian saya sih saling ingat mengingatkan satu sama lainnya Tentu dengan catatan cara penyampaiannya harus bijaksana

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya , mas.....
      Trimakasih kunjungannya mas, Selamat menunaikan ibadah puasa, mas..... smg sehat selalu

      Hapus