Minggu, 02 Februari 2014

Jauhi Hutang

Bismillahirromanirrohim

Hari ini saya mendapatkan sesuatu yang sangat berharga, yakni beberapa NASEHAT HEBAT ORANG TERKAYA no 4 DI DUNIA tahun 2013, Warren Buffet diantaranya:


Jauhkan dirimu dari pinjaman bank atau kartu kredit dan berinvestasilah dengan apa yg kau miliki, serta ingat :
1. Uang tidak menciptakan manusia, manusialah yang menciptakan uang.
2. Hiduplah sederhana sebagaimana dirimu sendiri.
3. Jangan melakukan apapun yang dikatakan orang, dengarkan mereka, tapi lakukan apa yang baik saja.
4. Jangan memakai merk, pakailah yang benar˛ nyaman untukmu.
5. Jangan habiskan uang untuk hal-hal yang tidak benar-benar penting.
6. With money:
You can buy a house, but not a home.
You can buy a clock, but not time.
You can buy a bed, but not sleep.
You can buy a book, but not knowledge.
You can get a position, but not respect.
You can buy blood, but not life. So find your happiness inside you.
7. Jika itu telah berhasil dalam hidupmu, berbagilah dan ajarkanlah pada orang lain.

Bagi saya nasehat beliau sangatlah  berharga sekali dan akan terus saya ingat, meskipun selama ini beberapa nasehat tersebut sudah saya lakukan, sebelum saya mendapatkan potongan artikel ini.

Sejak dulu saya sangat menghindari berhutang, alasannya sih takut sekali nanti belum sempat membayarnya ajal sudah menjemput. Mengapa saya menjadi sangat takut berhutang....? Ini berawal dari pengalaman saya sewaktu masih tinggal dengan orang tua, beliau membuka usaha dengan mengajukan kredit di bank untuk membuka usaha tersebut, selama itulah saya merasakan ketidak nyamanan bila kita mempunyai tanggungan hutang.  

Sebagai pedagang tentu saja jual beli setiap hari itu adalah sesuatu yang tidak pasti, sementara mencicil kredit bank setiap bulan itu adalah sesuatu yang pasti. Ketidak pastian jual beli ini menyebabkan kami anak-anak harus berhati-hati meminta keperluan kepada orang tua. Tak jarang kebutuhan kami harus dikalahkan, agar orang tua bisa membayar cicilan bank. Bertahun-tahun kami merasakan ketidak nyaman tersebut. Dari pengalaman itulah saya tanamkan pada diri saya untuk menghindari diri dari berhutang jika tidak begitu penting atau mendesak.

Pengalaman pertama dan saya berharap itu yang terakhir adalah disaat saya memaksakan diri membangun rumah. Saat itu suami membujuk saya untuk menyetujui mengajukan kredit di bank untuk menambah tabungan kami agar dapat membangun rumah, dengan terpaksa saya menyetujuinya tapi dengan syarat hanya 2 tahun saja dan jumlahnya tidak boleh  memberatkan, tidak boleh mengganggu keuangan harian kami. 

Nomimal yang kami ajukan tidak banyak, hanya cukup untuk membangun rumah seadanya saja sehingga rumah tersebut tidak sampai pada tahap akhir penyelesaian, bagi saya waktu itu sudah cukup yang penting kami tidak lagi mengontrak rumah. 

Rumah ini awal kami huni, adalah sangat sederhana, belum di cat, lantai hanya lantai semen tipis  agar tidak menginjak tanah saja, ruang yang dipasang plafon hanya kamar tidur saja, sedang yang lain masih bisa melihat genteng dan kayu-kayu penyanggah atap, jadi nggak heran kerap sekali kelelawar bertamu ke rumah kami disetiap malam.

Kamar yang kami buat ada 3, karena untuk dapur belum sanggup kami bangun, maka salah satu kamar tidur kami sulap jadi dapur sementara, karena kebetulan kami masih berdua, belum di karunia anak, dan satu kamar khusus untuk ruang shalat, memang sejak awal membangun rumah kami sudah merencanakan ruang khusus untuk shalat. Keadaan rumah tidak di cat, tidak di plafon dan lantai yang hanya ditutupi lapisan semen tipis, itu berlangsung 5 tahun. Mengapa begitu lama kami menyelesaikannya...? Ini di karenakan selama 2 tahun saya harus mencicil kredit bank, waktu 2 tahun itu bagi saya lama sekali, lama sekali terikat dengan hutang, saya harus berhati-hati mengatur keuangan kami. 

Oleh karena itu untuk menyelesaikan rumah, saya tidak mau mengajukan kredit di bank lagi, biarlah dengan menabung sedikit demi sedikit untuk menyelesaikan rumah itu, karena bagi saya ketenangan itu jauh lebih  berharga. 

Alhamdulillah dalam 10 tahun jadilah rumah ini, karunia Allah yang luar biasa kami dapatkan. Saya lebih memilih menabung sedikit demi sedikit terlebih dahulu untuk menyelesaikan rumah ini dari pada saya mengajukan kredit lagi ke bank, walaupun nomimal yang saya sisihkan tak berbeda dengan uang membayar tagihan bank, tapi keleluasaan, kemerdekaan, tidak  harus dipusingkan akan  tagihan bank itu jauh lebih berharga bagi saya, dibandingkan rumah saya selesaikan, tapi terbebani dengan cicilan bank.

Bagi saya, hidup dengan kesederhanaan lebih membahagiakan. Oleh karena itu hingga saat ini bila saya merencanakan untuk membeli sesuatu, jika dananya belum cukup, saya lebih memilih menundanya terlebih dahulu hingga saya mempunyai dana cukup, dari pada membelinya secara kredit. Bagi saya, umur itu rahasia Allah yang tidak saya ketahui, bagaimana mungkin saya bisa merencanakan hutang dengan jangka waktu tertentu, sementara saya tidak tahu jatah umur saya berapa, saya tidak ingin orang terdekat saya harus membayar hutang saya kelak yang mestinya menjadi tanggung jawab saya.

Saat ini sangat banyak pilihan dan kemudahan untuk berhutang, bagi saya itu adalah sesuatu yang menjerat dalam menjalani hidup. Banyak sekali orang lupa bersyukur disaat ia menerima gaji, karena sebagian dari gajinya sudah terpotong untuk pembayaran cicilan bank, yang ada hanya mengeluh merasa gajinya yang ia terima sedikit sekali, ia lupa bahwa sebagian dari gaji sudah untuk membayar hutangnya. Apakah masih ada yang akan disediakannya untuk menafkahkan hartanya di jalan Allah (sedekah) ? 

Itulah mengapa Rasulullah mengingatkan kita akan bahaya kebiasaan berhutang.  Menurut saya, hutang tercipta begitu kita merubah gaya hidup kita, memaksakan diri lebih dari kemampuan diri kita.

So.... nasehat dari Warren Buffet  : hiduplah sederhana sebagaimana dirimu sendiri. Jangan melakukan apapun yang dikatakan orang, dengarkan mereka, tapi lakukan apa yang baik saja. Jangan memakai merk, pakailah yang benar-benar nyaman untukmu. Jangan habiskan uang untuk hal-hal yang tidak benar-benar penting, harus kita amal agar kita tidak terperangkap dalam lubang hutang.

9 komentar:

  1. Kalau Pencerahan dari SAFIR SENDUK berkata bahwa berapa pun BESAR Gaji tidak akan banyak berpengaruh jika GAYA HIDUP tetap mewah dan berlenihan. HUTANG memang sebuah keniscayaan Orang kaya pun banyak yang jadi nasaba pegadaian. Jadi steotip bahwa yang hutang adalah kaum miskin adalah tidak benar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, sptnya sekarang GAYA HIDUP bagi sebagian org

      Hapus
  2. Terimakasih banyak untuk pencerahannya Mbak... semoga saja kita tak terjerat hutang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2 mbak Reni,
      kita harus hidup dgn apa adanya, alias nggak neko2 iya khan mbak

      Hapus
  3. Terima kasih atas tulisannya mba,semoga saya bisa menjadi pribadi dengan hidup sederhana.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2, Mas..... makasih juga ya telah membaca artikel sederhana ini, smg menjadi inspirasi

      Hapus
  4. Sebuah nasehat yg memotivasi sekali. Hutang, sungguh sebuah nama yg menggoda... :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih ya mas, smg pengalaman sederhana ini dpt menjadi inspirasi bagi org lain agar menjauhi HUTANG

      Hapus
  5. andai mampu melakukan menjauhi hutang, pasti bakal tak lakuin...gimana banyaknya terpaksa berhutang seh.

    BalasHapus