Rabu, 25 Januari 2012

SABAR

Bismillahirrohmanirrohiim.


Disuatu sore hari sang ayah bersama anak laki-laki yang baru saja menyelesaikan pendidikan tinggi duduk menikmati secangkir kopi dan pisang goreng buatan sang istri tercinta. Tiba –tiba seekor burung kutilang hinggap didahan pohon mangga yang ada di teras belakang tempat mereka  menikmati kopinya.

Sang Ayah menunjukkan jarinya kearah burung kutilang yang hinggap itu, sambil bertanya, “nak, coba kau lihat apakah yang hinggap didahan itu?”
“Burung kutilang, yah ….. jawab sianak. Si ayah mengangguk-angguk, namun tak lama kemudian mengulang pertanyaan yang sama.
 
Pikir si anak pendengaran sang ayah mulai berkurang, lalu dia menjawab dengan suara agak sedikit kuat “ itu burung kutilang, yah “
Namun sang ayah mengulang lagi pertanyaannya. Sang anak jadi bingung dengan pertanyaan ayah nya yang diulang-ulang, lalu menjawab dengan suara yang lebih kuat lagi “ BURUNG KUTILANG !!!!“


Mendapatkan jawaban anak dengan suara yang sangat keras, sang ayah terdiam seketika. Namun sang ayah tetap mengajukan pertanyaan yang sama lagi. Sang anak mulai kesal dengan pertanyaan ayah, lalu dia berteriak dengan bercampur kesal “AYAH …..ITU BURUNG KUTILANG …!!!!”

Walaupun sang anak sudah menjawab dengan suara yang sangat nyaring, sang ayah tetap saja mengajukan pertanyaan yang sama. Mendapatkan pertanyaan yang sama sang anak  benar-benar hilang kesabarannya dan menjadi marah.

Dengan nada kesal sang anak sedikit berteriak , “ Ayah….!!!  Saya tidak tahu ayah paham atau tidak, tapi sudah 5 kali ayah hal yang sama dan saya sudah juga menjawabnya. Ayah ….apalagi yang saya mau katakana pada ayah, ”ITU BURUNG KUTILANG …!!!!” …… “ BURUNG KUTILANG …!!!!”…… Ayah…!!! Dengan nada yang sangat kesal.

Lalu sang ayah bangkit dari duduknya, menuju ke lemari yang ada didalam ruang baca. Dan tak lama sang ayah kemabli keteras belakang sambil membawa sesuatu ditangannya, dan langsung diberikan pada anaknya.

Dengan penuh kebingungan sang anak membuka buku yang diberikan sang ayah. Mata sianak langsung tertuju pada sebuah paragraph yang tertulis dibuku itu.
Hari ini aku mengajak anak ku yang berumur 5 th  bermain di halaman , tiba-tiba seekor burung kutilang hinggap dipohon. Melihat ada burung yang hinggap itu, menjadi pusat perhatian anakku, “ Ayah, itu apa ?” dengan semangat aku beritahu padanya, “Itu burung kutilang, nak”. 

Aku pikir dia langsung puas dengan jawabanku, ternyata dia mengulang pertanyaan berkali hingga 25 x, walau pertanyaan sama, namun aku  selalu  menjawabnya dengan penuh kasih sayang pertanyaan itu, karena untuk  memenuhi perasaan ingin tahunya itu. Aku berharap hal ini menjadi sesuatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.

Setelah selesai membaca paragraph tersebut sianak mengangkat muka dan memandang wajah sang ayah yang kelihatan sayu. Dengan suara lirih  sang ayah berucap, “ Hari ini ayah baru bertanya padamu dengan soal yang sama sebanyak 5 x , dan kau telah kehilangan kesabaran serta marah”
Mendengar ucapan sang ayah, sang anak seketika itu juga bersimpuh di kaki sang ayah dan menangis memohon ampun atas apa yang telah  ia perbuat pada ayahnya.

Renungan :
Kesabaran adalah kesedian kita untuk menjalani / menikmati  proses  satu demi satu dari hari kehari. Marilah kita bersabar, dan hidup kita akan terasa nikmat. Jangan mengurut dada, karena kesabaran adalah kenikmatan bukannya penderitaan.
KESABARAN ADALAH RAHASIA TERPENTING UNTUK MENIKMATI HIDUP


10 komentar:

  1. *manggut-manggut*
    belajar untuk sabar itu gak mudah, tapi bukan berarti gak bisa
    smg qt jd pribadi yg bs slalu mnahan esmosi eh emosi
    hehe
    aamiin

    BalasHapus
  2. terlihat yang muda memang gampang marah.. semoga bisa melatih kesabaran

    bw pagi

    BalasHapus
  3. Emang ya Bun, terkadang kita sulit menghadapi kesabaran dengan para orang tua.

    Padahal waktu kita kecil dudlu dgn sabarnya mereka mengajari dan menghadapi kita, seperti kita skg ini...meghadapi anak - anak

    BalasHapus
  4. Selalu terharu baca kisah serupa ini, ach jadi makin kangen Ayahku ;)

    Trims ya Mbak...

    BalasHapus
  5. Renungan yg menusuk hati, sering kita tidak berkaca terlebih dahulu untuk mengeluh pada org lain. Ispirasi postingannya mbak

    BalasHapus
  6. jadi inget dg papaku yg sudah mulai berkurang pendengarannya. itu berarti aku juga harus lebih bersabar setiap menjawab pertanyaannya karena papa sering mengulangi pertanyaannya. Dia sering tidak kedengaran dg jawabanku.

    BalasHapus
  7. teringat papaku yg sudah mulai berkurang pendengarannya. akku harus lebih sabar lagi ya menghadapi pertanyaannya

    BalasHapus
  8. aku pernah membaca kisah ini di intisari. dan aku selalu teringat bagaimana kisah ini pun mewarnai hidupku yg dikelilingi dua jagoan yg msh suka nanya2..harusnya aku bisa sabar juga pada mereka ya mbak..

    BalasHapus
  9. Bagus maknanya.
    Kalau saya ditanya sampai berulang-ulang begitu mungkin akan berkata : " he..itu telinga apa wajan sih " ha ha ha ha.
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  10. Ini adalah salah satu bukti, bahwa anak tak akan bisa membalas budi baik orang tuanya. TT__TT

    BalasHapus